Headlines News :
Home » » Makalah Pengembangan Pembelajaran Sains

Makalah Pengembangan Pembelajaran Sains

Written By Figur Pasha on Thursday, December 20, 2012 | 10:11 PM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

I.         PENDAHULUAN
Dalam kajian akademis, pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia sebagai media efektif yang telah teruji mampu mengantarkan dan menyiapkan generasi insani yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan peruses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Hakikatnya pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini melalui program pendidikan anak usia dini (paud) sampai lanjut usia (lansia). Secara spesifik paud yaitu rentang usia 0-6 tahun menjadi phenomena sangat penting, sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang dan psikologi, mendeskripsikan bahwa potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia dini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut usia emas.[1]

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana konsep dasar pengembangan pembelajaran sains?
B.     Apa tujuan pengembangan pembelajaran sains?
C.    Apa prinsip pengembangan pembelajaran sains?
D.    Apa prinsip-prinsip dasar pengembangan sains pada anak pra sekolah?
E.     Bagaimana pengembagan daya pikir dan kreatifitas melalui sains? 
F.     Bagaimana strategi dan metodologi pengembagan sains?
G.    Bagaimana mengembangkan tema/ materi sains?
H.    Bagaimana menyusun alat dan media pembelajaran dengan bermain dan bernyanyi?
I.       Bagaimana memanfaatkan lingkungan, serta implikasinya dalam   merancang persiapan?
J.      Bagaimana melaksanakan pembelajaran sains?
K.    Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar sains?
III.   PEMBAHASAN
A.    Konsep dasar pengembangan pembelajaran sains
Dari sudut bahasa, sains atau science (bahasa inggris), berasal dari bahasa latin, yaitu ari kata scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, itu perlu dimunculkan kajian etimologi kajian lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis yang tepat tentang sains yaitu dari bahasa jerman, hal itu dengan merujuk pada kata wisseschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh para ahli. Amien (2002), mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energy, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banya mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi. Sedangkan James Conant dalam Holton dan Roler(2000), mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian perubahan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut.
Senada dengan Conant, Fisher (2003) mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.[2]
Kaitannya dengan program program pembelajaran sains usia dini, sains dapat dikembangkan menjadi tiga sustansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang menfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.[3]
Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori (Carin dan Sund,2002; Sinaradi,1998). Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawap yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, juju, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson,2004).
Dari uraian diatas akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan  hanya berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta dimiliki oleh setiap individu di dunia ini; bahkan dengan begitu tingginya nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat diberikan sejak usia anak masih dini.[4]
B.                Tujuan pengembangan pembelajaran sains
Beberapa tahun terahir ini hasil belajar sains menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Menurut hasil penelitian trend in internasional mathematicsand science study ( TIMS ), kemampuan dan daya tangkap anak Indonesia pada tahun 2004 berada pada tingkat ke-34 dari 38 negara. Sedangkan pada kompetensi internasional junior science Olympiade ( IJSO )tahun 2006 indonesia berada pada tingkat ke 4 di bawah Korea selatan,Taiwan, dan Rusia. Hal ini menunjujkan bahwa penyadaran sains pada generasi penerus di lakukan melalui usia dini hinga dewasa. Karena pada 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan pada manusia sudah terbentuk. Artinya kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal,maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara obtimal.secara keseluruhan sampai usia 8 tahun.
Pemerintah telah berupaya melakukan pembenahan dalam rangka meningkatkan hasil belajar dalam usia dini. Guna meninjau karakteristik sains yang merupakan proses,di fokuskan pada bermain sambil belajar di taman anak-anak unutk menumbuhkan kemampuan berpikir,di harapkan siswa memperoleh pengalaman belajrar yang menyenangkan, sehinga kemampuan kognisinya berkebang khususnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif sehinga dapat memperoleh belajarnya, dapat menemukan alternative pemecahan masalah,membantu pengembagkan kemampuan logika,dan mengelompokan serta mempersiapkan kemampuan berfikir logis bembeljaran sains belajar sambil belajar
Dari ( Mc Dermott,et al 1996 ).hasil penelitian wiyanto ( 2003 ) menunjukan bahwa penerapan pendekatan berhasil meningkatkan hasil minat. Di samping itu dapat mengembagkan kemampuan ilmiah, seperti penjelasan memprediksi merancang dan mempercoba mengumpulkan data,menganalisis data,[5]
C.               Prinsip pengembangan pembelajaran sains
Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa termasuk orang tua dan tenaga pendidik di dalamnya yang berfungsi sebagai guru anak. Anak dapat belajar apa saja asal tidak dipaksakan termasuk belajar sains sejak dini. Belajar sains sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dengan melibatkan lingkungan untuk memperkaya pengalaman anak. Anak akan belajar bereksperimen, bereksplorasi dan menginvestigasi lingkungan sekitarnya sehingga anak mampu membangun suatu pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.
Teori konstruktivis percaya bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh anak melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya. Anak yang banyak bersentuhan dengan alam akan lebih baik memaknai dunia mereka sehingga anak perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan mereka yang akan membuat mereka secara aktif terus menerus mendapatkan pengetahuan. Pada pendidikan sains untuk anak usia dini, anak akan bermain berdasarkan kebebasan dan rasa ingin tahunya yang dianggap sebagai kesempatan bagi anak untuk membangun pengetahuannya tentang dunia mereka.
Sains untuk anak usia dini berdasarkan keingintahuan dari dalam dirinya dan kegiatan sains bukan hanya mengajak anak untuk melakukan pengamatan saja, tetapi juga dapat mengajak anak untuk mempelajari keaksaraan, hitungan, seni, musik, dan gerakan. Dari pandangan konstruktivis, sains untuk anak usia dini harus mengajak anak bermain dan mengeksplorasi lingkungannya. Di dalam bermain, ketika anak mengeksplorasi dan bereksperimen maka anak akan mendapatkan pemahaman baik dari keterampilan proses dan juga konsep sains, bukan hanya sekedar berfokus pada hasil akhir dari suatu jawaban yang benar. Kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen berulang-ulang, banyaknya bahan-bahan yang dapat dimanipulasi anak dan tersedianya waktu untuk bertanya dan melakukan refleksi sangat penting untuk mendukung kesuksesan dan menciptakan kemampuan memecahkan masalah bagi anak.
Di Kelompok Bermain, kemampuan tenaga pendidik untuk mendesain kegiatan pengenalan sains sesuai dengan kebutuhan dan minat anak sangat menentukan keberhasilan pembelajaran sains termasuk menerapkan metode pembelajaran yang beragam untuk pembelajaran sains dengan memanfaatkan sumber-sumber sains di lingkungan masing-masing.
Tenaga pendidik harus mendukung dan memfasilitasi anak berlaku seperti ilmuan ”scientist” cilik tanpa mengintervensi atau membawa eksplorasi dan eksperimen mereka pada hasil yang belum matang. Mereka perlu menyediakan lingkungan pembelajaran dengan bahan-bahan yang sesuai sehingga anak terdorong untuk menyalurkan rasa ingin tahunya dalam bentuk eksperimen-eksperimen karena tenaga pendidik merupakan katalisator yang dapat menolong anak agar memiliki keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Disini peranan tenaga pendidik merupakan sumber bagi anak dan diharapkan menjadi model yang memiliki rasa ingin tahu yang sama dan kesenangan dalam mengeksplorasi lingkungan.[6]
Sebagai seorang ilmuan cilik anak usia dini akan melakukan pengamatan terhadap segala hal di lingkungannya, menciptakan sesuatu, memiliki ide-ide baru, menyelidiki, menganalisa dan mengevaluasi obyek yang ditelitinya. Sains sebagai sistem untuk mengetahui tentang alam semesta perlu dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengumpulan data. Apakah yang perlu dilakukan tenaga pendidik ketika mengajarkan sains pada anak? Apakah menghafalkan fakta-fakta, prinsip-prinsip dan konsep-konsep? Kita mengajarkan tentang sains atau bagaimana melakukan sains? Tentunya kita akan mengajak anak untuk mengeksplorasi lebih dahulu, melatih mereka untuk bertanya dan mengemukakan alasan sampai akhirnya mereka dapat menemukan jawaban-jawaban melalui kegiatan langsung setelah melakukan percobaan dan juga melalui kegiatan mental.
Tenaga pendidik perlu mengajak anak untuk melakukan proses mengamati dan menduga. Kedua-duanya sangat berkaitan, namun memiliki perbedaan yang prinsip. Mengamati merupakan proses penggunaan semua indera anak untuk mengumpulkan data tentang sesuatu obyek atau fenomena. Mengamati merupakan suatu proses yang aktif, bukan sekedar pasif melihat sesuatu yang sedang terjadi. Mengamati merupakan keterampilan dasar yang di dalamnya mengandung unsur-unsur menduga (inferring), mengukur (measuring), dan mengkomunikasikan (communicating). Menduga merupakan mengumpulkan pendapat atau perkiraan berdasarkan bukti-bukti. Dugaan akan mengembangkan hipotesa, mengintepretasikan data dan mengidentifikasi pola-pola, hal-hal umum yang mungkin terjadi, dan kecenderungan tertentu. Dari pola, generalisasi dan kecenderungan tersebut anak usia dini akan memaknai dunia.[7]
D.               Prinsip-prinsip dasar pengembagan sainspada anak prasekolah
Sains pada dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains seharusnya mengem-bangkan kemampuan bernalar dan berpikir sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran sains yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan sains.
Hal ini berarti, belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya.
Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian kerja ilmiah adalah :
·           Mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian,
·           Mampu mengkomunikasikan pengetahuannya,
·           Mampu mengembangkan keterampilan berpikir,
·           Mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.
Selanjutnya, bahan kajian sains yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan penerapannya adalah:
·           Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang makhluk hidup dan proses kehidupan;
·           Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang materi dan sifatnya;
·           Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang energi dan perubahannya;
·           Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang bumi dan alam semesta; serta
·           Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang hubungan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.[8]
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains, diantaranya adalah keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan, mengkomunikasikan, hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual untuk menguji gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Prinsipnya pembelajaran sains, yaitu cara memberi tahu dan cara berbuat, akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dalam interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lainnya.
E.                Pengembangan daya pikir dan kreatifitas melalui sains 
Dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain, anak akan belajar berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Bagi anak-anak bermain sangat menyenangkan karena dengan kegiatan hal ini, anak dapat mengekpesikan berbagai perasaan maupun ide-ide yang yang sedang di pikirkanya. Mereka juga dapat menjelajah ke dunia imajinasiatau khayalan sehinga tanpa di sadari mereka telah mengebangkan daya kreatifitas,day cipta, dan juga daya kemampuan berpikir. Selain itu,anak juga memuaskan rasa pengen tahunya pada berbagi benda di hadapanya.
Sains merupakan cabang ilmu pengetahuan bertujuan mempelajari dan memahami kejadian atau fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar. Memperkenalkan konsep sains pada anak di lakukan dengan konsep bermain. Di dalam konsep bermain anak di ajak untuk bereksperimen. Ketiak anak menguji sesuatu yang memancing rasa peengen tahunya, sebenarnya dia telah berlatih berpikir kritis. Demgan demikian melatih kemampuan berfikir baik kemampuan berpikir kritis mampu kreatif dan mampu mempelajari berbagai konsep sederhana.[9]
Anda orang tua yang peduli dengan kecerdasan anak?. Agar anak cerdas dan pandai, stimulasi (rangsangan) dan peran aktif orang tua akan sangat berpengaruh dalam melatih daya ingat anak.
Bagaimana meningkatkan dan melatihnya?
1.         Lakukan kontak mata dalam setiap memberi informasi pada anak. Kontak pandangan mata memberi arti sebuah keseriusan. Saat anda bicara dengan memandang mata lawan bicara anda, maka makna pembicaraan anda lebih meyakinkan. Hal itu juga menunjukkan bahwa anda benar-benar peduli pada anak.
2.         Libatkan anak secara aktif dengan ikut serta menyanyi, mengucapkan, memperagaan, melakukan langsung, dll. Karena, pada dasarnya sebuah informasi/ ilmu akan lebih terkesan dan tidak mudah hilang dengan mengucapkan, memahami dan melakukan atau mempraktekkan.
3.         Sisipkan nama anak agar anak lebih konsentrasi dalam mengingat informasi baru. Hal ini dapat dilakukan dengan metode cerita atau mengobrol dan tidak terkesan menggurui.
4.         Beri rangsangan agar anak dapat mengingat dengan cepat. Rangsangan ini dengan mengingatkan anak pada sesuatu yang berkesan ketika anak di ajari. Hal inilah yang sebenarnya menjadi alasan agar anak tidak terlalu di-proteksi dan tidak terlalu di batasi untuk berkreasi dan berekspresi. Karena anak masih dalam pencarian kebenaran. Anak akan lebih terkesan dan tidak mudah lupa jika ia merasakan panasnya api obat nyamuk baker dengan memegangnya langsung, daripada hanya sekedar di larang memegang.
5.         Ciptakan suasana santai dan rileks saat mengajarkan sesuatu. Jika anda santai, maka anak akan merasa nyaman. Anak tidak merasa di paksa dan di gurui. Karena pada dasarnya dunia anak masih dunia bermain.[10]
F.                Stategi dan metodologi pengembangan sains
Banyak Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni dengan dua cara: pertama dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan yang tersendiri dan terbuka bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke dalam semua bidang pengembangan sebagai alat belajar mengajar. Seni-seni visual (rupa) menggambar, melukis, mengukir, merancang dan instalasi sering diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak Kanak.
Pendekatan yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam bidang pengembangan sains di Taman kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja guru/pendidik di Taman Kanak-Kanak harus memperhatikan tipologi dan gaya karya seni rupa anak, secara umum anak juga mengalami periodisasi atau masa perkembangan menggambar. Bahkan dikatakan bahwa pada masa peka itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain W. Labert Britain dan Viktor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Lowenfeld periodisasi menggambar anak-anak dibedakan menjadi:
Masa goresan (sekitar usia 2-4 tahun)
Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)
Masa bagan (sekitar usia 7-9 tahun)
Masa permulaan realisme (sekitar usia 9-11 tahun)
Masa realisme semu (sekitar umur 11-13 tahun)
Anak usia TK adalah termasuk masa prabagan.
Masa ini goresan-goresan yang dilakukan oleh anak masih bersifat mendatar, tegak dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan-ungkapan yang dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu, misalnya bentuk bagan manusia yang masih sederhana. Kehadiran gambar manusia yang sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu dalam lingkungan yang secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak sudah dapat mewujudkan objek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak, dan sebagainya. Goresan-gorasan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa menoreng/menggores ke masa bentuk bagan/skematis, sehingga dikenal dengan perkembangan menggambar prabagan.[11]
Masa seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang lain, di mana anak mulai dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk tertentu.
Dengan demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa untuk anak TK B, harus memperhatikan periodisasi perkembangan kognitif dan periode perkembangan seni rupa bagi anak. Di mana anak dalam periode praoperasional dari sisi kogitif dan pada masa prabagan dari sisi perkembangan seni. Berangkat dari sinilah pengembangan pembelajaran sains melalui seni mulai disusun dengan memadukan pada semua aspek pengembangan dan mengacu pada tema-tema yang telah dirangcang oleh dewan guru bersama kepala sekolah dalam rangka memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak.
G.               Mengembangkan tema/ materi sains
Kaitannya dengan program program pembelajaran sains usia dini, sains dapat dikembangkan menjadi tiga sustansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang menfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori (Carin dan Sund,2002; Sinaradi,1998). Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawap yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, juju, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson,2004).[12]
Dari uraian diatas akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan  hanya berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta dimiliki oleh setiap individu di dunia ini; bahkan dengan begitu tingginya nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat diberikan sejak usia anak masih dini.[13]
H.    Menyusun alat dan media pembelajaran dengan bermain dan  bernyanyi
Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat memberikan informasi    maupun ketrampilankepada siswa maupun guru untuk mendapat pengetahuan dan memperkaya pengetahuan yang dapat berbentuk buku refrensi, buku cerita alat media,alat masak,alat pertukangan.
Sumber belajar dapat di artikan pula sebagai sejumlah mediayang dapat berupa benda-benda budaya,alat peraga. Sumber belajar di tata sedemikian rupa dalam ruang kelas dan di kelompokan dengan sistem area yang merupakan sumber belajar di taman kanak-kanak. Ada area agama,area masak,area IPA penggunaan sumber beljar di sesuakan tingkat kebutuhan ana. Karena anak usia taman kanak-kanakmasih dalam pengembagan maka sumber belajaryang di butuhkan adalah yang dapatmengembagakan perkembagan kognitif.
Alat peraga yaitu alat bantu untuk pelengkapdalam mengajaragar mengajar lebih efektif (  Naution,2004:98). Alat peraga dapat berupa benda atau prilakuyang dapat di gunakan sebagai penghubung atau untuk menjelaskan pengertian abstrak,antara teori dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan ala peraga bukan di maksudkan untuk mengganti guru dalam mengajar atau membantu para siswa ddalam memahami konsep dan mempelajari esuatu sehingga siswa mengalami keberhasialan dalam belajar.[14]
I.       Memanfaatkan lingkungan, serta implikasinya dalam merancang persiapan
Belajar,bermain,danbernyanyi Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
J.       Melaksanakan pembelajaran sains
Kurikulum berbasis kopetensi kanak-kanak pendekatan pembelajaran pada pembelajaran pada anak-anaktemasuk pelajaran sains di lakukan pada pedoman yang ada program kegiatan yang telah disusun,sehingga pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat di kembangkan dengan sebaik-baikya dan obtimal.
Ilmu pengetahuan alam (sains) pada hakikatnya dapat di tanamkan pada usia dini, selain itu pemahaman anak mengenai sains akan akan lebih berfungsi,jika di kembagkan dengan seksama melaluai kegiatan pembejaran di taman kanak-kanak.
Pendekatan pembelajaran sains pada anak taman kanak- kanak hendaknya memperhatikan prinsip-prinsipyang beroritas pada kebutuhan anak dengan memperhatikan kebutuhan sebagai berikut:
1.    Beriroentasi pada kebutuhan dan pengembagan anak    
Salah satu kebutuhan pengembagan anak adalah rasa aman.oleh karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secar psikologis, maka anak akan belajar dengan baik.di samping itu jaga di perhatikan bahwa siklus belajar anak di taman kanak-kanak adalah berulang dengan memerhatikan perbedaan individu. Minat yang tumbuh akan menimbulkan memotivasi belarnya, sedangkan anak akan belajar melalui interaksi social dengan orang dewasa dan anak-anak yang lainya. Dengan demikian berbagai jenis.[15]
2.    Bermain sambil belajar 
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak-anak di taman kanak-kanak. Untuk itu dalam  memberka pendidikan pada anak di taman kanak-kanak di lakukan dengan situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan  dalam mengikuti pembelajaran.selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar, melalui kegiatan bermain anak diajak untuk berekplorasi, menemukan dan menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak anak menemukan konsep dengan suasana yg menyenangkan dan tidak terasa anak telah belajar sesuatu dalam suasana bermain yg menyenangkan.
K.     Evaluasi proses dan hasil belajar sains
Pengembagan formatif dalam program dalam pengembagan kognitif menggunakan proses penyelesaian suptansi. Kegiatan evaluasi merupakan suatu esempatan untuk merefleksikan pengalaman anak  serta sebagai  alat untuk  mengetahui kemajuan proses maupun hasil belajar anak  yang dicapai oleh anak. Jika tujuan evaluasi itu dilihat dari sisi impliksi dan konsekuensi yang lebih jauh, maka tujuan penelitian tersebut dimaksutkan untuk merencanakan kurikulum  pengembangan anak,
Dengan demikian kedudukan perkembangan dan kemajuan anak  serta langkah-langkah  tindak lanjutnya dapat diketahui  secara baik dan sistemik  mulia serangkaian kegiatan evaluasi  yang dilaksanakanTerdapat  beberapa jenis dan cara melakukan evaluasi pebelajaran sains pada anak usia dini,diantaranya dimulai:

1.    Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah cara mengumpulkan data penilaian yang pengisianya berdasarkan pengamatan  langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar data perkembangan anak selama mengikuti program  sains dapat diperoleh  secara rinci atau akurat, serta tidak ada ada  bagian yang terlewatkan maka sebaliknya  guru menggunakan pedoman observisi  yang tepat[16].
2.    Catatan Anekdot
Catatan Anekdot atau “anecdotal record“ adalah kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku  anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Kedua perilaku  tersebut apabila muncul pada anak saat mengikuti program sains, harus dicatatat oleh  guru. Hal itu akan sangat berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan  keputusan serta  layanan khusus lainnya.
3.    Percakapan Atau “interview”
Percakapan adalah metode penilaian yang dilkukan melalui bercakap-cakap atau wawancar antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Percakapan sangat berguna untuk menggali secara langsung tentang apa yang sedang dirasakan, dipikirkn dan diinginkan anak. Dari percakapan kita akan dapat memperoleh gambaran tentang minat, motivasi, dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam program sains. Pada saat melakukan percakapan sebaiknya guru selalu memegang daftar cek perkembngan anak, sehingga segala hasilnya terdokumentasikan.
4.    Pemberian Tugas
Pemberian tugas dalah suatu metode penilaian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak.  Pemberian tugas dalam kegitan sains berpasangan maupun individul sehingg hasil pemberian tugas dapat berupa satu karya kelompok, sepasang atau seorang anak. Yang terpenting  dalam pemberian tugas pada aktifitas sains yang harus dinilai bukan hanya hasilnya, guru juga harus menilai bagaimana proses sains dilaksanakan oleh setip anak.
Dari sejumlah cara evaluasi sains yang dapat dilakukan guru diatas, akan menjadi semakin bermakna dan fungsional bagi guru/tutor apabila dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa fungsi berikut ini :
a.       Evaluasi dilakukan dengan mengacu  pada prinsip perkembangan anak
bukan pada prestasi. Jadi evaluasi kemajuan sains setiap anak tidak dibandingkan secara formal dengan anak lainnya, karena memang  setiap anak adalah berbeda (every child is defferent ),
b.      Kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam kegiatan. Disanalah saat  yang tepat anda mengetahui apa yang dilakukan, apa yang diselesaikan, apa yang dipikirkan bahkan termasuk apa yang dihayalkan anak terkait dengan kegiatan sains yang dilaksanakannya.
c.       Lakukan evaluasi dengan cara alamiah atau naturlistik, sehingga meskipun Guru/Tutor melakukan evaluasi  pada saat anak tidak merasa terganggu. Tidak perlu Guru/Tutor  mengumumkan pada anak bahwa guru/tutor akan sedang melakukan kegiatan, kesadaran itu hanya ada pada guru/tutor  yang sedang menilai saja.
d.      Lakukanlah penandaan, pencatatan dan reportase secara segera terhadap segala perilaku yang muncul pada anak pada saat mengikuti kegiatan sains.  Guru yang memahami arti penting evaluasi pada anak usia dini, akan selalu menyelipkan beberapa lembar kertas disakunya serta sebuh alat tulis yang dapat digunakan setiap  saat diperlukan.
Dengan demikian perilaku penting yang terjadi pada anak dapat segera dicatat  dan tidak terlewatkan untuk didokumentasikan.  Ingatlah karaktristik anak usia   dini yang spontan, mudah beralih, dan dinamis; sehingga kesempatan berperilaku kadang-kadang sekali saja

IV.        KESIMPULAN
Jadi mengukur dan menilai dalam pembelajaran di Taman Kanak – Kanak sangat berhubungan guru bertanggung jawab dalam menilai dan mengukur anak didiknya.apa bila ada kekurangan dalam anak didiknya guru mengevaluasi agar anak tersebut dapat maju pesat seperti anak yang lain.pembelajaran yang di suguhkan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku .karakteristik anak juga harus di mengerti oleh pendidik .karakteristik dalam pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan dengan belajar, bermain dan bernyanyi.pembelajarannya berorientasi pada perkembangan anak didiknya.
Secara substansial pembelajaran sains dapat dipandang sebagai suatu hasil /produk, proses dan sikap. Adapun tujuan mendasar dari pendidikan sains yaitu untuk mengembangkan individu anak usia dini agar melek teradap ruang lingkup sains itu  sendiri serta mampu  menggunakan aspek-aspek fundamentalnya  dalam kehidupan sehari-hari. Jida fokus program pengembang pembelajaran sains pada anak usia dini terhadap dunia dimana mereka  hidup atau bertempat tinggal.
Ruang lingkup pembelajaran sains pada anak usia dini dapat  dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya  (ilmu bumi), ilmu-ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia; pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap sains (jiwa ilmuwan).
Langkah-langkah pembelajaran sains diawali dengan: 1) perumusan tujuan, 2 ) penentuan material, 3) setting lingkungan, 4) pengembangan kegiatan, 5) pemberian penghargaan, dan 6) tindakan pengayaan .
Langkah tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa pendekatan pengembangan program pembelajaran sains pada anak usia dini, 1) pendekatan yang bersifat situasional , 2) pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri, dan 3) pendekatan yang bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain.
Ketercapaian pembelajaran sains pada anak usia dini akan dapat berjalan dengan baik, manakala pembelajaran sains tersebut direncanakan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Evaluasi hasil pembelajaran sains diarahkan untuk penelusuran dan penentuan tingkat tingkat keberhasilan pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya-upaya selanjutnya. Baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun pengembanganselanjutnya.


V.           PENUTUP
Demikian makalah yang saya susun, mungkin bayak sekali kekurangan, maka dengn kritikdan saranyang dapat membagun maotivasi untuk memperbaiki makalah menjadi lebih baik. Amin
    



[1]Imam chourmain,Pendekatan Alternatif Pendekatan anak usia dini,
   ( Jakarta: Rineka cipta,2011) hlm.30
[2]Dwi yulianti,bermain sambil belajar sains di taman kanak-kanak,
   ( Jakarta: PT indeks,2010 ) hlm.3

[3] ibid hlm.5
[5] Danar sati,pendidikan usia dini antara teori dan praktik,
   ( Jakarta : PT indeks,2009) hlm. 78

[6] Ibid hlm 80
[7] Opcit hlm 45
[8] Carol seefelddt & Barbara A. wasik, pendidikan usia dinimenyiapkan anak pada usia tiga,empat,dan lima tahun masuk sekolah,( DKI, PT indeks, 2008 ).hlm 65

[9] Opcit hlm.72
[11] Opcit.hlm 23
[12] ttp://saparahayu.blogspot.com/2011/03/deskripsi-mata-kuliah-s1-paud.html
[13] . ibid hlm 98
[14] Opcit hlm.34
[15] Ibid hlm.169
[16]  Opcit hlm.31
Share this article :

3 comments:

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template